BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang Masalah
Perkembangan
teknologi dari hari ke hari semakin berkembang pesat. Salah satunya
perkembangang kamera yang smakin hari semakin canggih. Dulu kamera hanya dapat
memfoto dengan hasil hitam putih, kemudian mulai berkembang dengan ditemukannya
kamera instan yang sangat populer pada tahun 60-an oleh perusahaan Polaroid. Hingga
pada akhirnya tergeser dan kurang diminati lagi setelah ditemukannya kamera
digital yang mempunyai teknologi yang lebih canggih dan lebih praktis.
Polaroid
Corporation didirikan pada tahun 1937 oleh Land H. Edwin yang berbasis di
Minnetonka, Minnesota, Amerika Serikat dimana perusahaan ini umumnya
menghasilkan kamera dan produk optikyang dapat dinikmati dan digunakan untuk
kegiatan perfilman. Polaroid mulai dikenal dan populer setelah memproduksi kamera
instan filmnya, yang sukses di pasaran pada tahun 1948, dan terus menjadi
andalan dari produk perusahaan. Pada tanggal 9 Januari 1986 Polaroid berhasil mengalahkan
Kodak dalam perebutan hak paten, sehingga Kodak meninggalkan bisnis kamera instannya.Melalui
sejarahnya, Polaroid telah dikenal sebagai perusahaan yang membangun kamera
unik murah yang mempunyai kualitas yang cukup baik.Kebanyakan kamera Polaroid
memiliki sistem eksposur otomatis, dengan lensa khusus untuk menentukan
eksposur yang tepat. Kualitas dapat berkisar dari sangat baik, seperti dalam produk
kamera polaroid Pathfinder atau SX-70 dan kualitas yang kurang baik seperti
dalamproduk JoyCam. Kamera instan Polaroid digunakan oleh profesional sebagai
layar-shot kamera untuk instrumen ilmiah, paspor / identitas foto.
Sejak
kamera digital ditemukan dan banyak digunakan, kamera langsung jadi
(instant camera) buatan Polaroid menjadi kurang diminati dan akibatnya
keadaan keuangan perusahaan ini menjadi terpuruk. Sejak tahun 1988, Polaroid
Corporation menderita kerugian dan menyatakan diri bangkrut pada 12 Oktober
2001. Sehingga perusahaan mau tidak mau harus mengajukan perlindungan
kebangkrutan federal pada tanggal 11 Oktober 2001, dan sebagian besar bisnis
itu kemudian dibeli dan dikelola oleh Bank One dan masih menggunakan nama
Polaroid yaitu Polaroid Holding Company. Kebangkrutan Polaroid secara luas
diyakini sebagai akibat dari kegagalan manajemen untuk melihat efek dari kamera
digital pada bisnis film, sebuah nasib yang juga menimpa saingan utamanya yaitu
Kodak.
Perusahaan ini mendistribusikan produknya dalam lima segmen
: Daerah Amerika, Wilayah Eropa, Asia Pasifik, Global
Operasi, dan Penelitian dan Pengembangan.Di sini kami akan membahas mengenai
permasalahan yang ada pada perusahaan kamera Polaroid yang kini telah mengalami
kehancuran dalam industrinya hingga terancam menglami
kebangkrutan. Pada tahun 1990-an Pendapatan Polaroid merosot tajam
pasalnya sebagai
pasar untuk kamera tradisionalkonsumen mulai bosan
dengan produk kamera instan Polaroid .Bentuk antisipasi Polaroid untuk
permasalahan ini yaitu dengan caramemproduksi dan memasarkan kamera
baru yang mempunyai bentuk kamera yang kecil, trendi dan relatif murah yaitu dengan mengeluarkan produk I-zona dan Joycam yang
diharapkan mampu
mengusai pasar secara umum dan khususnya mengusai pasar kaum muda. Polaroid juga bergeser dengan mengembangkan teknologinya ke teknologi digital. Semakin tinggi jumlah kalangan pemuda yang kurang meminati kamera instan memberikan margin yang lebih
kecil pada produk, sehingga produk memiliki siklus hidup lebih pendek dan kecenderungan menjadi barang
usang lebih besar, kinerja yang buruklah dan berbagai bauran produk baru
memiliki ancaman untuk Polaroid dipaksa untuk mengurangi biaya, merampingkan
operasi dan menemukan cara untuk meningkatkan fleksibilitas rantai suplai.
Namun dalam upaya untuk meningkatkan fleksibilitas dan mengurangi biaya.
Polaroid juga berusaha meningkatkan kinerja keuangannya melalui pengurangan
biaya persediaan dan pendistribusian secara global dan ini upaya polaroid
tersendiri dalam menangani problematika yang ada di dalam industri polaroid
sendiri secara kompleks.
1.2. Perumusan Masalah
Dalam tahap ini terdapat berbagai
tahapan masalah dalam permasalahan didalam industri polaroid tersendiri, yakni
adalah sebagai berikut :
A. Study Kasus
Industri:
Consumer goods ( film production)
Masalah:
Jaringan distribusi Logistik Management
Rantai pasokan secara elektronik Operasi Internasional
Lokasi:
Dalam kasus yang terjadi pada perusahaan Polaroid terdapat ketidakpastian
pengawasan dan perlawanan yang menyebabkan perubahan logistik utama. Pada tahun
1980 manajer senior perusahaan Polaroid di Amerika Serikat mengajukan
pengaturan kembali jaringan distribusi logistik yang berada di Eropa.
Sebelumnya di Eropa terdapat 12 gudang penyimpanan Polaroid yang nantinya akan
disebarkan keseluruh Eropa, namun manajer senior Amerika mengusulkan untuk
melakukan sentralisasi di Belanda agar terdapat efisiensi biaya distribusi.
Banyak manajer cabang di Eropa yang mempertimbangkan alternatif-alternatif distibusi
seperti :
1.
Distribusi langsung,
2.
Memodifikasi bentuk distribusi langsung dari Belanda
ke 1 atau 2 regional,
3.
menggunakan organisasi distribusi ke gudang dan mendistribusikan
langsung ke Eropa.
Pertanyaan :
1. Bagaimana
distribusi kebutuhan industry Polaroid yang bervariasi olehanak perusahaan di
Eropa? Apa implikasi dari perbedaan ini?
2. Haruskah
Polaroid menerapkan strategi distribusi langsung di Eropa? Jikatidak, apa
alternative yang anda rekomendasikan?
3. Bagaimana
seharusnya rekomendasi anda dilaksanakan, apa tantanganimplementasi yang anda
perkirakan? Bagaimana anda mengatasitantangan-tantangan?
4. Perubahan
lain apa yang anda rekomendasikan untuk system loigistik Polaroid pada
orang Eropa?
1.3. Tujuan Masalah
Tujuan dalam mengkaji masalah perusahan Polaroid yang
berlokasi di Eropa sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui pendistribusian kebutuhan yang
bervariasi oleh anak perusahaan di
Eropadan implikasinya.
2.
Untuk mengetahui perusahaan Polaroid menerapkan
strategi distribusi langsung di
Eropa.
3.
Untuk mengetahui rekomendasi, tantangan implementasi
dan cara mengatasi
rintangan-rintangan yang akan dilakukan perusahaan
Polaroid.
4.
Untuk mengetahui perubahan lain apa yang
direkomendasikan untuk sistem logistik
Polaroid pada negara-negara di Eropa.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Supply Chain
Beberapa Ahli mempunyai pendapat yang berbeda tentang Pengertian Supply chain, berikut ini pengertian tentang Supplay Chain
menurut beberapa ahli.
Menurut Indrajit (2006, p5),
Supply chain adalah suatu sistem pada organisasi yang menyalurkan barang
produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini merupakan jaringan dari
berbagai organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama.
Menurut Pujawan (2005), Supply
chain adalah jaringan perusahaan- perusahaan yang secara bersama-sama bekerja
untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.
Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya termasuk pemasok (supplier), pabrik,
distributor, toko, atau ritel, serta perusahaan- perusahaan pendukung seperti
perusahaan jasa logistik.
Menurut Schroeder (2007, 189)
Supply chain adalah rangkaian dari proses bisnis dan informasi yang menyediakan
produk atau jasa dari supplier ke manufaktur, dan mendistributorkan ke
konsumen.
Menurut J.Aitken (Christopher,
1998, p19) Supply chain didefinisikan sebagai sebuah jaringan yang terhubung
dan saling bergantung dan menguntungkan dalam organisasi dan saling bekerja
sama untuk mengendalikan, mengatur dan mengembangkan alrus material dan
informasi dari supplier ke end user.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Supply
chain dapat didefinisikan sebagai sekumpulan aktifitas (dalam bentuk
entitas/fasilitas) yang terlibat dalam proses transformasi dan distribusi
barang mulai dari bahan baku paling awal dari alam sampai produk jadi pada
konsumen akhir.Menyimak dari definisi ini, maka suatu supply chainterdiri dari
perusahaan yang mengangkut bahan bakudari alam, perusahaan yang mentransformasikan
bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau komponen, supplier bahan-bahan pendukung
produk, perusahaan perakitan, distributor, dan retailer yang menjual barang
tersebut ke konsumen akhir. Dalam supply chain ada beberapa pemain utama yang
merupakan perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama, yaitu :
1.
Supplies
2.
Manufactures
3.
Distribution
4.
Retail Outlet
5.
Customers
a. Chain 1: Supplier
Jaringan
bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama,
dimanarantai penyaluran baru akan mulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk
bahan baku, bahan mentah,bahan penolong, barang dagangan, suku cadang dan lain-lain.
b.
Chain 1-2-3: Supplier-Manufactures-Distribution
Barang
yang sudah dihasilkan olehmanufactures sudah mulai harus disalurkan kepada pelanggan.
Walaupun sudah tersedia banyak carauntuk menyalurkan barang kepada pelanggan,
yang umum adalah melalui distributor dan ini biasanyaditempuh oleh sebagian
besar supply chain.
c.
Chain 1-2-3-4: Supplier-Manufactures-Distribution-Retail Outlet
Pedagang
besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat juga menyewa dari
pihaklain. Gudang ini digunakan untuk menyimpan barang sebelum disalurkan lagi
ke pihak pengecer.Disini ada kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam
bentuk jumlah inventoris danbiaya gudang dengan cara melakukan desain kembali
pola pengiriman barang baik dari gudangmanufacture maupun ke toko pengecer.
d.
Chain 1-2-3-4-5: Supplier-Manufactures-Distribution-Retail Outlet-Customer.
Para
pengecer atau retailer menawarkan barang langsung kepada para pelanggan atau
pembeli ataupengguna barang langsung. Yang termasuk retail outlet adalah toko
kelontong, supermarket, warungwarung, dan lain-lain
2.2. Pengertian
Supply Chain Management
Supply Chain Management atau sering
disebut Manajemen Rantai Pasokan merupakan pengelolaan rantai siklus yang
lengkap mulai bahan mentah dari para supplier, ke kegiatan operasional di
perusahaan, berlanjut ke distribusi sampai kepada konsumen. Istilah supply
chain management pertama kali dikemukakan oleh Oliver dan Weber pada tahun
1982. Supply chain adalah jaringan fisiknya, yakni perusahaan–perusahaan yang
terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi barang, maupun mengirimkannya ke
pemakai akhir, supply chain management adalah metode, alat, atau pendekatan
pengelolaannya. Definisi Supply Chain Management juga diberikan oleh James A.
dan Mona J. Fitzsimmons, yang menyatakan bahwa supply chain management adalah
sebuah sistem pendekatan total untuk mengantarkan produk ke konsumen akhir
dengan menggunakan teknologi informasi untuk mengkoordinasikan semua elemen
supply chain dari mulai pemasok ke pengecer, lalu mencapai tingkat berikutnya
yang merupakan keunggulan kompetitif yang tidak tersedia di sistem logistik
tradisional. Sedangkan definisi Supply Chain Management menurut Chase,
Aquilano, Jacobs adalah sistem untuk menerapkan pendekatan secara total untuk
mengelola seluruh aliran informasi, bahan, dan jasa dari bahan baku melalui
pabrik dan gudang ke konsumen akhir. Oleh Robert J. Vokurka, Gail M. Zank dan
Carl M. Lund III supply chain management didefinisikan sebagai, “all the
activities involved in delivering a product from raw material through the
customer including sourcing raw material and parts, manufacturing and assembly,
warehousing and inventory tracking, order entry and order management,
distribution across all channels, delivery to the customer, and the information
system necessary to monitor all of the activities” . Stevenson mendefinisikan
supply chain management sebagai suatu koordinasi strategis dari rantai pasokan
dengan tujuan untuk mengintegrasikan manajemen penawaran dan permintaan.
Russell dan Taylor mendefinisikan bahwa supply chain management adalah
mengelola arus informasi, produk dan pelayanan di seluruh jaringan baik itu
pelanggan, perusahaan hingga pemasok .
Jadi dapat disimpulkan bahwa Sedangkan Supply Chain
Management (SCM) merupakan aplikasi terpadu yang memberikan dukungan sistem
informasi kepada manajemen dalam hal pengadaan barang dan jasa bagi perusahaan
sekaligus mengelola hubungan diantara mitra untuk menjaga tingkat kesediaan
produk dan jasa yang dibutuhkan oleh perusahaan secara optimal. SCM
mengintegrasikan mulai dari pengiriman order dan prosesnya, pengadaan bahan
mentah, order tracking, penyebaran informasi, perencanaan kolaboratif,
pengukuran kinerja, pelayanan purna jual, dan pengembangan produk baru. Jadi
kalau supply chain adalah jaringan fisiknya, yakni perusahaan-perusahaan yang
terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi barang maupun mengirimkannya ke
pemakai akhir, sedangkan SCM adalah metode, alat atau pendekatan
pengelolaannya.
2.2.1. Komponen
Supply Chain Management
Menurut
Turban (2004) Komponen dari supply chain management menurut terdiri dari tiga
komponen utama yaitu:
1. Upstream Supply Chain
Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas
dari suatu perusahaan manufacturing dengan para penyalurnya (yang mana dapat
manufacturers, assemblers, atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada para
penyalur mereka (para penyalur second-tier). Hubungan para penyalur dapat
diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari asal material (contohnya
bijih tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream supply chain, aktivitas
yang utama adalah pengadaan.
2. Internal Supply Chain
Bagian dari internal supply chain meliputi semua
proses inhouse yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para
penyalur ke dalam keluaran organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan ke
dalam organisasi. Di dalam internal supply chain, perhatian yang utama adalah
manajemen produksi, pabrikasi dan pengendalian persediaan.
3. Downstream supply chain
Downstream (hilir) supply chain
meliputi semua aktivitas yang melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan
akhir. Di dalam downstream supply chain, perhatian diarahkan pada distribusi,
pergudangan transportasi dan after-sale service.
2.2.2. Strategi
Rantai Pasokan
Terdapat lima strategi yang dapat dipilih perusahaan untuk
melakukan pembelian kepada supplier yaitu adalah sebagai berikut:
1. Banyak Pemasok (Many Supplier)
1. Banyak Pemasok (Many Supplier)
Strategi ini memainkan antara
pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya dan membebankan pemasok untuk
memenuhi permintaan pembeli. Para pemasok saling bersaing secara agresif.
Meskipun banyak pendekatan negosiasi yang digunakan dalam strategi ini, tetapi
hubungan jangka panjang bukan menjadi tujuan. Dalam pendekatan ini, tanggung
jawab dibebankan pada pemasok untuk mempertahankan teknologi, keahlian,
kemampuan ramalan, biaya, kualitas dan pengiriman.
2. Sedikit Pemasok (Few Supplier)
Dalam strategi ini, perusahaan
mengadakan hubungan jangka panjang dengan para pemasok yang komit. Karena
dengan cara ini, pemasok cenderung lebih memahami sasaran-sasaran luas dari
perusahaan dan konsumen akhir. Penggunaan hanya beberapa pemasok dapat
menciptakan nilai denganmemungkinkan pemasok mempunyai skala ekonomis dan kurva
belajar yang menghasilkan biaya transaksi dan biaya produksi yang lebih
rendah. Dengan sedikit pemasok maka biaya mengganti partner besar,
sehingga pemasok dan pembeli menghadapi resiko akan menjadi tawanan yang
lainnya. Kinerja pemasok yang buruk merupakan salah satu resiko yang dihadapi
pembeli sehingga pembeli harus memperhatikan rahasia-rahasia dagang pemasok
yang berbisnis di luar bisnis bersama.
3. Vertical Integration
Artinya pengembangan kemampuan
memproduksi barang atau jasa yang sebelumnya dibeli, atau dengan benar-benar
membeli pemasok atau distributor. Integrasi vertical dapat berupa:
·
Integrasi ke belakang (Backward Integration) berarti
penguasaan kepada sumber daya.
·
Integrasi kedepan (Forward Integration) berarti
penguasaan kepada konsumennya,
4. Kairetsu
Network.
Kebanyakan perusahaan manufaktur
mengambil jalan tengah antara membeli dari sedikit pemasok dan integrasi
vertical dengan cara misalnya mendukung secara financial pemasok melalui
kepemilikan atau pinjaman. Pemasok kemudian menjadi bagian dari koalisi
perusahaan yang lebih dikenal dengan kairetsu. Keanggotaannya dalam hubungan
jangka panjang oleh sebab itu diharapkan dapat berfungsi sebagai mitra,
menularkan keahlian tehnis dan kualitas produksi yang stabil kepada perusahaan
manufaktur. Para anggota kairetsu dapat beroperasi sebagai subkontraktor
rantai dari pemasok yang lebih kecil.
2.2.4. Tujuan
Strategis Supply Chain Management
Rantai pasokan bagaikan darah dari
setiap organisasi bisnis karena menghubungkan pemasok, produsen, dan pelanggan
akhir di jaringan yang sangat penting untuk penciptaan dan pengiriman barang
dan jasa. Dalam mengelola rantai pasokan memerlukan suatu proses yaitu, proses
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian operasi rantai pasokan. Tujuan
manajemen rantai pasokan adalah dengan menyelaraskan permintaan dan penawaran
seefektif dan seefisien mungkin. Masalah-masalah utama dalam rantai pasokan
terkait dengan (Stevenson, 2009):
1. Menentukan tingkat outsourcing
yang tepat
2. Mengelola pembelian / pengadaan suatu barang
3. Mengelola pemasok
4. Mengelola hubungan terhadap pelanggan
5. Mengidentifikasi masalah dan merespon masalah dengan cepat
6. Mengelola risiko
2. Mengelola pembelian / pengadaan suatu barang
3. Mengelola pemasok
4. Mengelola hubungan terhadap pelanggan
5. Mengidentifikasi masalah dan merespon masalah dengan cepat
6. Mengelola risiko
Sedangkan menurut I Nyoman Pujawan, supply chain
memiliki tujuan strategis yang perlu dicapai untuk membuat supply chain menang
atau setidaknya bertahan dalam persaingan. Untuk bisa memenangkan persaingan
pasar maka supply chain harus bisa menyediakan produk yang,
1.
Murah
2. Berkualitas
3. Tepat waktu
4. Bervariasi
2. Berkualitas
3. Tepat waktu
4. Bervariasi
Menurut Hitt, Ireland dan Hoskisson
(2001), semua tindakan yang diambil oleh perusahaan ini dimaksudkan untuk
membantu perusahaan mencapai daya saing strategisnya dan menghasilkan laba di
atas rata-rata. Daya saing strategis dicapai ketika sebuah perusahaan berhasil
memformulasikan dan menerapkan strategi penciptaan nilai. Ketika perusahaan
mengimplementasikan suatu strategi yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan lain
atau terlalu mahal untuk menirunya, perusahaan ini memiliki keunggulan
persaingan bertahan atau dapat bertahan (sustained atau sustainable competitive
advantage, selanjutnya disebut sebagai keunggulan persaingan). Setelah
perusahaan mendapatkan daya saing strategis dan sukses mengeksploitasi
keunggulan persaingannya, suatu perusahaan mampu mencapai tujuan utamanya:
mendapatkan laba diatas rata-rata, yaitu kelebihan penghasilan yang diharapkan
oleh seorang investor dari investasi.
2.2.5. Manfaat SCM
Apabila SCM diterapkan maka dapat memberi manfaat
antara lain :
1. Kepuasan
pelanggan.
Konsumen atau pengguna produk merupakan
target utama dari aktivitas proses produksi setiap produk yang dihasilkan
perusahaan. Konsumen atau pengguna yang dimaksud dalam konteks ini tentunya
konsumen yang setia dalam jangka waktu yang panjang. Untuk menjadikan konsumen
setia, maka terlebih dahulu konsumen harus puas dengan pelayanan yang
disampaikan oleh perusahaan.
2.
Meningkatkan pendapatan.
Semakin banyak konsumen yang setia dan
menjadi mitra perusahaan berarti akan turut pula meningkatkan pendapatan
perusahaan, sehingga produk-produk yang dihasilkan perusahaan tidak akan
‘terbuang’ percuma, karena diminati konsumen.
3. Menurunnya biaya.
Pengintegrasian aliran produk dari
perusahan kepada konsumen akhir berarti pula mengurangi biaya-biaya pada jalur
distribusi.
4. Pemanfaatan asset semakin tinggi.
Aset terutama faktor manusia akan
semakin terlatih dan terampil baik dari segi pengetahuan maupun keterampilan.
Tenaga manusia akan mampu memberdayakan penggunaan teknologi tinggi sebagaimana
yang dituntut dalam pelaksanaan SCM.
5.
Peningkatan laba.
Dengan semakin meningkatnya jumlah
konsumen yang setia dan menjadi pengguna produk, pada gilirannya akan
meningkatkan laba perusahaan.
6. Perusahaan semakin besar. Perusahaan yang
mendapat keuntungan dari segi proses
distribusi produknya lambat laun akan
menjadi besar, dan tumbuh lebih kuat.
2.3. E-commerce
E-commerce ini adalah suatu proses
membeli dan menjual produk produk secara elektronik oleh konsumen dan
perusahaan ke perusahaan dengan computer sebagai transaksi bisnis. E-commerce
ini sangat penting mengingat semakin tingginya daya saing antar perusahaan
apalagi sebagai perusahaan multinasional seperti Polaroid ini. Karena dengan
adanya e-commerce ini perusahaan dapat mempromosikan dan menjual barang melalui
internet. Dengan adanya ini tentunya akan memudahkan dalam pelayanan ke
konsumen sehingga akan menimbulkan kepuasan
bagi konsumen.
Hal yang diperhatikan oleh
perusahaan dalam penerapan
e-commerce secara efektif
sebagai berikut :
1. Menyediakan harga yang kompetitif.
2.
Menyediakan jasa pembelian yang tanggap dan cepat.
3.
Menyediakan informasi produk yang jelas.
4.
Memberikan perhatian khusus seperti usulan pembelian.
5.
Mempermudah kegiatan dan perdagangan.
2.3.1. Sejarah Perkembangan E-Commerce
Istilah
"perdagangan elektronik" telah berubah sejalan dengan waktu. Awalnya,
perdagangan elektronik berarti pemanfaatan transaksi komersial, seperti : penggunaan EDI untuk
mengirim dokumen komersial seperti pesanan pembelian atau invoice secara
elektronik. Kemudian berkembang menjadi suatu aktivitas yang mempunya istilah
yang lebih tepat "perdagangan web". Pembelian barang dan jasa
melalui “World Wide Web” melalui
server aman (HTTPS), protokol server
khusus yang menggunakan enkripsi untuk merahasiakan data penting
pelanggan.
Pada
awalnya ketika web mulai terkenal di masyarakat pada 1994,
banyak jurnalis memperkirakan bahwa e-commerce akan menjadi sebuah
sektor ekonomi baru. Namun, baru sekitar empat tahun kemudian protokol aman
seperti HTTPS memasuki tahap matang dan banyak digunakan. Antara 1998 dan 2000
banyak bisnis di AS dan Eropa mengembangkan situs web perdagangan ini.
Suatu
halaman web (website). Menurut Riset Forrester, perdagangan elektronik
menghasilkan penjualan seharga AS $ 12,2
milyar pada 2003. Menurut laporan yang lain pada
bulan oktober 2006 yang lalu, pendapatan ritel online yang bersifat non-travel
di Amerika Serikat diramalkan akan mencapai
seperempat trilyun dolar US pada tahun 2011.
2.3.2. Jenis Kegiatan E-Commerce
Terdapat jenis-jenis e-commerce sebagai berikut :
1. Business to
Business, karakteristiknya:
a. Trading partners yang sudah
saling mengetahui dan antara mereka sudah terjalin
hubungan yang berlangsung cukup lama.
b. Pertukaran data dilakukan secara berulang-ulang dan berkala dengan format
data
yang telah disepakati bersama.
c.
Salah satu pelaku tidak harus menunggu rekan mereka lainnya untuk mengirimkan
data.
d. Model yang umum digunakan adalah peer to peer, di mana processing
intelligence
dapat didistribusikan di kedua pelaku bisnis.
2. Business to
Consumer, karakteristiknya:
a.
Terbuka untuk umum, di mana informasi disebarkan secra umum pula.
b.
Servis yang digunakan juga bersifat umum, sehingga dapat digunakan oleh orang
banyak.
c. Servis yang digunakan berdasarkan permintaan.
d. Sering dilakukan sistem
pendekatan client-server.
Dengan
menggunakannya e-commerce dalam kegiatan bisnis ini dapat memangkas biaya-biaya yang sangat signifikan, bahkan
penggunaan e-commerce ini dirasa efektif dalam kegiatan memasarkan suatu
produk.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Bagaimana distribusi kebutuhan industri Polaroid yang
bervariasi oleh anak perusahaan di eropa?Apa implikasi dari perbedaan ini?
Organisasi logistik Polaroid adalah bagian dari segmen
operasi global, dengan tanggung jawab utama untuk pergerakan bahan baku dan
produk antara tempat pembuatan dan dari penyelesaian barang manufaktur untuk
pengecer. Perencanaan produksi, peramalan, dan persediaan manajemen (kecuali
untuk persediaan paket khusus) tidak tanggung jawab organisasi
logistik.Logistik memiliki tiga fungsi utama, layanan pelanggan, kemasan dan
penanganan, dan transportasi. Layanan pelanggan: Layanan pelanggan lengan
kelompok adalah bertanggung jawab untuk penanganan dan pengolahan pesanan
pelanggan, bekerja satu-satu dengan kekuatan penjualan Polaroid dan pelanggan
individu untuk memastikan pengiriman produk tepat waktu ke pengecer. Pelanggan
besar ditugaskan khusus melayani perwakilan yang akan menangani semua, pesanan
kontrak dan pengiriman nasional. Para pelanggan biasanya membuat pesanan
melalui Electronic Data Interchange (EDI) sistem, yang langsung dikirim ke
perwakilan layanan dan distribusi perusahaan pusat.Perwakilan layanan
memastikan bahwa pesanan realistis dan dapat dicapai (yaitu kerangka waktu dan
persyaratan dalam agar layak dan memenuhi spesifikasi kontrak) dan bahwa
pusat-pusat distribusi yang mengambil tindakan yang tepat untuk memenuhi
pesanan.Peran perwakilan layanan menjadi lebih kritis ketika ada masalah dengan
perintah.Tanggung jawab mereka adalah untuk mempercepat pesanan yang tidak
diproses tepat waktu, dan untuk menangani saham-out dengan pelanggan. Kemasan
dan penanganan: Polaroid memiliki tiga besar pusat distribusi di AS, yang
terletak di Oak Brook IL, Anaheim CA, dan Norton MA, yang menyimpan persediaan
barang jadi untuk pengiriman ke pelanggan. Pengecer biasanya memesan produk
Polaroid dalam desain paket yang unik dan khusus platform.Konfigurasi paket ini
sering berubah untuk berbagai penawaran khusus atau pengecer memiliki promosi
sepanjang tahun.Oleh karena itu kamera massal belum tentu barang jadi ke
pengecer.Sebaliknya, ada ledakan besar kode produk tertentu di tingkat
distribusi ritel.Untuk mengurangi persediaan, Polaroid menunda langkah kemasan
sampai pesanan pelanggan diterima.Biasanya dua minggu yang dialokasikan untuk
kemasan dan pengiriman produk. Transportasi: Kelompok transportasi pengiriman
barang jadi dari pusat distribusi ke pengecer, pergerakan produk antara pusat
distribusi,dan internasional serta transshipments dari manufaktur nasional.
Sebagian besar pengiriman dan pergerakan produk dari
pusat distribusi tersebut diatur melalui pihak ketiga truk perusahaan, meskipun
perusahaan tidak memiliki dan mengoperasikan armada truk kecil
sendiri.Transshipments luar negeri bersarat atau dikapalkan pada kapal laut
oleh beban kontainer.Produk yang tiba dengan laut dari Asia biasanya dikirim ke
Anaheim, ditransfer ke railcars dan kemudian dikirim ke Norton.Laut pengiriman
dari Eropa dikirim ke Boston atau New York dan kemudian diangkut ke Norton.Pengiriman lewat jalur udara dari sebagian tempat di seluruh dunia tiba di bandara JFK di New York dan
diangkut ke pusat distribusi Norton. Ada dua cara yang mungkin dari
transportasi laut, kurang dari wadah beban pengiriman(LCL) dan beban pengiriman
kontainer. Pengiriman LCL memiliki waktu lagi dari pengiriman kontainer, barang
harus melalui tahap konsolidasi sebelum pengiriman dan setelah
mengeluarkan.Mereka juga memiliki biaya per unit lebih tinggi karena pelacakan
tambahan dan penanganan diperlukan untuk memproses pengiriman LCL. Namun, cara
ini dapat lebih disukai jika unit dikapalkan dalam volume kecil. Pengiriman
container penuh memiliki beban biaya tetap terlepas dari berat barang dan
jumlah item dikirim, selama berat tidak melebihi persyaratan kontainer
kapasitas maksimum. Perusahaan pelayaran biasanya menawarkan ukuran wadah dua,
20ft dan 40ft. Wadah 40-ft lebih ekonomis pada harga per kubik kaki dasar.
Untuk pengiriman udara, unit yang diatur pada beban palletized, dan harga
berdasarkan berat barang saja. Studi kasus Polaroid adalah contoh dari cara
bagaimana perubahan logistik utama adalah bertemu dengan ketidakpastian,
pengawasan dan perlawanan. Kasus ini memberikan sistem pelaksanaan distribusi
langsung untuk anak perusahaan di Eropa. Kebutuhan dan permintaan yang bervariasi
oleh anak perusahaan di Eropa akan produk polaroid menimbulkan suatu masalah
mengenai pendistribusian produk tersebut yang semula menggunakan sistem
distribusi yang tidak langsung dengan mendirikan gudang sebagai tempat
penyimpanan dan penyaluran, di rasa hal tersebut kurang efekif karena memekan banyak waktu dan
biaya perawatan, penyimpanan, biaya tranportasi, biaya tenaga kerja dll.
Kemudian Lee Brewer yang diangkat sebagai Wakil Presiden Pemasaran
Internasional mengusulkan distribusi langsung mempunyai manfaat yaitu
mengurangi biaya-biaya termasuk biaya administrasi sehingga dapat melakukan
penghematan yang cukup besar.Tetapi harus didukung oleh adanya sistem komputerisasi. Diperkirakan bahwa
usulan tersebut akan menghasilkan biaya yang signifikan tabungan, pengiriman
tepat waktu dan penghematan besar pada kemasan dan transportasi. Diusulkan
bahwa Distribusi International Service Center (IDSC) dibuat untuk berfungsi
sebagai pusat distribusi sentral di Enschede yang akan menghilangkan kebutuhan
untuk sepuluh anak perusahaan di Eropa untuk mengoperasikan sebuah gudang
terpisah. Strategi distribusi yang dilakukan oleh perusahaan Polaroid yaitu
perusahaan elektronik internasional dan juga perusahaan kacamata, perusahaan
ini terkenal karena kamera instannya , yang mencapai pasar Internasional pada
tahun 1948. Perusahaan tersebut memilih tempat distribusinya berada di Eropa
karena menjanjikan pasar yang menguntungkan. Proses distribusi menggunakan
manajemen rantai suplai ialah pendekatan antar-fungsi (cross functional) untuk
mengatur pergerakan material mentah kedalam sebuah organisasi dan pergerakan
dari barang jadi keluar organisasi menuju konsumen akhir. Sebagaimana korporasi
lebih fokus dalam kompetensi inti dan lebih fleksibel, mereka harus mengurangi
kepemilikan mereka atas sumber material mentah dan kanal distribusi. Fungsi ini
meningkat menjadi kekurangan sumber ke perusahaan lain yang terlibat dalam
memuaskan permintaan konsumen, sementara mengurangi kontrol manajemen dari
logistik harian. Pengendalian lebih sedikit dan partner rantai suplai menuju ke
pembuatan konsep rantai suplai.Tujuan dari manajemen rantai suplai ialah
meningkatkan kepercayaan dan kolaborasi di antara rekanan rantai suplai, dan
meningkatkan inventaris dalam kejelasannya dan meningkatkan percepatan
inventori.
B.
Haruskah Polaroid mempertahankan strategi distribusi langsung di Eropa?Jika tidak ,apa
alternatif yang anda rekomendasikan?
Menurut kelompok kami polaroid harus
menggunakan strategi distribusi langsung dalam pendistribusian produknya ke
pasar Eropa dengan menggandeng mita kerja dengan Perusahaan besar di Eropa
untuk kemudian di distribusikan ke tingkat pengecer di Eropa. Dengan ini
diharapkan barang dari pabrik yang disimpan di gudang
perusahaan polaroid disalurkan ke gudang distributor atau wholesaler atau
pedagang dalam jumlah yang besar di Eropa , dan pada waktunya nanti pedagang
besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailer atau pengecer.
Pasalnya Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gedung sendiri atau dapat
juga menyewa dari pihak lain untuk penyimpanan barang. Gudang ini digunakan
untuk menimbun barang sebelum disalurkan ke pihak pengecer seperti toko toko
kamera. Kemudian pedagang besar akan mendistribusikan produk kamera polaroid ke
para pengecer atau retailer untuk selanjutnya produk dijual langsung kepada
para pelanggan, pembeli atau pengguna barang tersebut.
C.
Rekomendasi anda dilaksanakan,apa tantangan implementasi yang anda
perkirakan?Bagaimana anda mengatasi tantangan-tantangan?
Tantangan yang mungkin dihadapi perusahaan polaroid
adalah Incerasing Variety of Products yaitu adanya pesaing dipasaran dengan
menawarkan produk yang lebih bervariasi dan
mempunyai keunggulan bersaing. Sekarang konsumen seakan dimanjakan oleh
produsen, hal ini kita lihat semakin beragamnya jenis produk yang ada di
pasaran. Hal ini juga kita lihat strategi perusahan yang selalu berfokus pada
customer (customer oriented). Jika dahulu produsen melakukan strategi dengan
melakukan pembagian segment pada customer, maka sekarang konsumen lebih
dimanjakan lagi dengan pelemparan produk menurut keinginan setiap individu
bukan menurut keinginan segment tertentu. Banyaknya jenis produk dan jumlah
dari yang tidak menentu dari masing-masing produk membuat produsen semakin
kewalahan dalam memuaskan keinginan dari konsumen. Maka dari itu perusahaan
polaroid dituntut untuk selalu berinovasi untuk menciptakan produk-produk baru yang
tentunya yang tentunya mempunyai keunggulan bersaing dipasaran atau perusahaan
polaroid mampu menciptakan produkan kamera yang sesuai dengan minat dipasaran
yang mungkin sedang menjadi trend di
kalangan masyarakat. Selain itu hambatan yang mungkin terjadi adalah
pendistribusian barang ke konsumen terhambat misalnya terjadi kesalahan
distributor atau distributor bekerja tidak maik sehingga produk tidak sampai
kekonsumen atau produk tidak tepat waktu dalam pengirimannya ataupun terjadi
kerusakan pada produk pada saat pengiriman. Untuk mengatasi masalah tersebut
maka perusahaan polaroid harus mencari partner distribusi yang memang sudah
terpercaya yang mampu bekerja se profesional mungkin dan mempunyai pengalaman
yang baik.Selain itu untuk meminimalisir hambatan yang ada perusahaan polaroid
harus menggunakan konsep e-commerce untuk memperkenalkan produknya. Selain itu
dengan adanya E-commerce mampu menjalin hubungan baik dengan konsumen karena E-Commerce ini sebagai aplikasi dan penerapan dari e-bisnis
(e-business)berkaitan dengan yang transaksi komersial, seperti: transfer dana
secara elektronik, SCM (supply chain management), e- pemasaran (e-marketing),
atau pemasaran marketing), transaksi online online (online pemrosesan (online
transaction processing), pertukaran data elektronik (electronic data
interchange /EDI).jadi pendistribusian produk akan lebih
teratur.
D. Perubahan lain apa yang anda rekomendasikan untuk system
logistic Polaroid di Eropa?
Rekomendasi yang kami berikan adalah menggunakan strategi distribusi tidak
langsung yang telah kami jelaskan diatas. Selain itu polaroid kami anjurkan untuk menutup 12 gudangnya di daerah Eropa dan hanya
membuka satu pabrik saja di belanda sebagai penyalur produk Polaroid mengingat biaya perawatan produk di gudang yang besar sehingga dengan
penutupan ini diharapkan polaroid mampu menghemat biaya perawatan produ, selain
itu dengan adanya penutupan gudang pihak perusahaan juga tidak perlu
mengeluarkan biaya tenaga kerja.Selain itu Polaroid dapat
juga menggunakan konsep e-commers untuk memperkenalkan produknya ke seluruh
dunia.Seperti yang telah diketahui bahwa E-Commerce melakukan revolusi pada
manajemen operasi dengan mengurangi biaya secara efektif. Pengurangan biaya ini
dilakukan dengan cara memperbaiki komunikasi dan membagikan informasi yang
secara ekonomis berharga. Penyedia pe-commerce adalah perantara baru yang menurunkan biaya
transaksi.Perantara ini lebih murah dan lebih cepat dibandingkan perantara
tradisional.E-commerce meningkatkan efisiensi ekonomi dengan mempertemukan
pembeli dan penjual.E-commerce memudahkan pertukaran informasi, barang dan
jasa.Berikut ini kelebihan dan kekurangan e-commers.
Dan tentunya sistem itu akan membuat perubahan baik pada orang eropa antara
lain adalah orang eropa akan mudah menemukan produk polaroid lewat pengecer
ataupun distributor ataupun ditoko-toko yang menyediakan polaroid.Jadi orang
eropa tidak perlu memesan langsung ke perusahaan dan menunggu waktu lama untuk
mendapatkan produk tersebut.
Kelebihan e-commerce :
- Informasi lebih baik dan biaya lebih murah, yang menjadikan para pembeli dan penjual lebih berpengetahuan, memiliki kekuatan untuk menurunkan biaya.
- Biaya masuk yang lebih rendah meningkatkan penyebaran informasi.
- Tersedia selama 24 jam sehari, hampir diseluruh dunia, memungkinkantransaksi yang mudah dan nyaman bagi yang memerlukannya.
- Ketersediaan membuka pasar yang lebih luas baik bagi pembeli maupun penjual.
- Mengurangi biaya untuk menciptakan, mengolah, mendistribusi, dan menarik informasi.
- Mengurangi biaya komunikasi.
- Komunikasi yang lebih kaya dibandingkan dengan komunikasi melalui kertas dan telepon karena menggunakan klip video, suara dan demonstrasi.
- Pengiriman produk digital yang cepat, seperti gambar, dokumen dan software.
- Meningkatkan fleksibilitas lokasi.
5. Kekurangan e-commerce :
- Kurangnya keamanan, keandalan dan standar system.
- Kurangnya keleluasaan pribadi.
- Kurangnya band width ( jumlah informasi yang dimiliki saluran telepon atau computer dalam satu waktu); beberapa transaksi masih agak lambat.
- Mengintegrasikan software e-commerce dengan software dan data base yang ada masih merupakan suatu tantangan.
- Ketidakpercayaan pada :
- integritas lawan transaksi yang tidak dikenal
- integritas transaksi tersebut.
3.
4.
5.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan untuk
memenuhuhi kebutuhan anak perusahaan Polaroid di Eropa yang semakin bervariasi
sehingga memunculkan masalah pendistribusian produk di Eropa. Maka dari itu
strategi yang cocok untuk polaroid adalah menggunakan strategi distribusi langsung
yaitu dengan menjalin kerja sama dengan perusahaan besar di Eropa sebagai mitra
kerja pasalnya perusahaan besar tentunya mempunyai gudang penyimpanan yang
besar. Selain itu dengan distribusi langsung polaroid tidak perlu mengeluarkan
biaya perawatan ataupun biaya tenaga kerja dibandingkan apabila perusahaan
polaroid mendistribusikan lewat anak perusahaan tentunya akan memakan biaya
perawatan produk dan biaya tenaga kerja. Akan tetapi yang menjadi pekerjaan
rumah bagi perusahaan polaroid adalah bagaimana caranya perusahaan mampu
menunjuk distributor yang profesional.
0 komentar:
Posting Komentar